Skoliosis tidak harus ditangani
dengan operasi. Jika terditeksi sejak dini, ada terapi dan alat bantu yang bisa
memperbaiki kondisi tersebut. “dinegara negara maju, skoliosis dideteksi oleh
guru-guru SD,”ujar dr Tri Wahyu Martanto SpOT(K) dari RSUD dr Soetomo. Caranya,
siswa diminta membungkuk 45derajat tabpa baju atasan.
jika tulangnya tidak lurus,
mereka mungkin mnderita skoliosis dan dirujuk kedokter. Sayangnya, itu belum
dilakukan di Indonesia. Jadi, tugas mendeteksi teralih keorang tua. Skoliosis umumnya
baru diketahui ketika anak berusia lebih dari 5 tahun.
Setelah itu, derajat
kebengkokannya dilihat. Jika belum parah, bisa digunakan alat penyangga atau
brace agar pembengkokan bisa berhenti atau setidaknya berkurang. Anak juga
diminta berenang. Sebab renang bisa menarik otot-otot dipunggung sehingga lebih
tegak. Dua metode itu harus terus – menerus dilakukan serambidiobservasi.
Jika skoiosis yang diderita
cukup parah,operasi hanya akan menngurangi kemiringan, tidak menegakkan tubuh
100 persen. Sebab, resikonnya besar. Bisa terjadi kelumpuk=han bahkan kematian
karena otot-otot dan syaraf yang terbisa bengkok ditarik secara mendadak.
Khusus untuk opersi terhadap
remaj usia 25 tahun keatas, biasanya alasannya bukan karena keluhan atau rasa
sakit, melainkan faktor penampilan. “mayoritas penderita kan perempuan . jadi,
operasi biar terlihat cantik,” tterang Tri.
Ditempat terpisah, fisioterapis
Siloam Hospitals Surabay NineikSOetini SST Ft Mfis menjelaskan bebrapa terapi
setelah operasi.” Yang pertama adalah mencegah perdarahan dan bengkak,” ujarny
a. Yaitu, memberikan kompres gel es 5-10 menit setiap 4jan sekali selama 3
hari. Baru setelh itu diberi latihan penafasan.
sumber : jawa pos
0 komentar:
Posting Komentar